- Indonesia, Samarinda
WARTA-DIGITAL.COM SAMARINDA – Dalam Seminar Nasional bertema “2045: Indonesia Emas atau Indonesia Cemas?”, Prof. Elviandri, seorang akademisi hukum, menyampaikan pandangan kritis melalui materi berjudul “Indonesia Emas: Narasi Kemajuan atau Ilusi?”.
Ia mengajak peserta untuk tidak sekadar larut dalam euforia optimisme tentang masa depan Indonesia. Menurutnya, visi Indonesia Emas 2045 harus ditelaah secara mendalam agar tidak berhenti sebagai slogan belaka tanpa implementasi yang nyata.
“Narasi yang besar, jika tidak disertai langkah konkret, hanya akan melahirkan kekecewaan di tengah masyarakat,” tegasnya.
Prof. Elviandri menekankan bahwa pembangunan bangsa bukan hanya soal pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mencakup penguatan sistem hukum, praktik demokrasi yang sehat, dan integritas lembaga publik. Tanpa fondasi tersebut, cita-cita besar menuju Indonesia Emas akan sulit terwujud.
Ia juga menyoroti peran penting media sebagai pengawal narasi pembangunan. Media, kata dia, seharusnya menjadi ruang diskusi yang kritis dan objektif, bukan hanya corong propaganda pemerintah.
“Kita memerlukan media yang berani menyuarakan kenyataan, sekaligus mendorong perubahan yang bersifat konstruktif,” ujarnya.
Dalam paparannya, Prof. Elviandri juga mengingatkan generasi muda untuk aktif menilai kesesuaian antara narasi besar yang digaungkan pemerintah dengan realitas di lapangan. Sikap kritis, menurutnya, bukan tanda pesimisme, melainkan bentuk tanggung jawab terhadap masa depan bangsa.
Ia menutup pemaparannya dengan pesan agar seluruh pihak menjunjung tinggi integritas dan konsistensi dalam menjalankan kebijakan publik.
“Indonesia Emas 2045 hanya bisa tercapai jika kita jujur menakar kemampuan diri dan berani memperbaiki kelemahan. Jika tidak, maka yang disebut emas itu tak lebih dari sekadar ilusi,” pungkasnya. (adv/sky/diskominfo kaltim)
Komentar